Sunday, October 26, 2014

Bapak dan Traktornya



Bapak adalah seorang pekerja keras, seorang petani, yang memiliki watak yang keras. Banyak saudara-saudara dari Tuntungan yang bilang kepada saya “ Cok (Panggilan saya Ucok) bapakmu itu kalau bicara memang keras, tapi hatinya baik “ saya pun senyum-senyum manyun sambil hidung kembang kempis bangga rasanya punya Papa yang menjadi pujian orang lain. 


Pekerjaan papa sebagai pemilik traktor di mulai sejak papa mendapat penempatan bekerja di BMPT perusahaan milik negara yang berada di Tuntungan yang pada awalnya bergerak dalam usaha perkebunan Tembakau. Dahulu dikenal dengan sebutan Tembakau Deli, perusahaan tempat papa bekerja mengolah tanah dengan menggunakan mekanisasi (traktor), agar tanah siap di tanami tembakau.  Namun karena suatu hal konflik faham di tubuh perusahaan milik pemerintah tersebut, perusahaan itu pun harus di bubarkan. Papa mendapat tawaran untuk pekerjaan pengganti menjadi tenaga penyuluh di Pertanian. Dengan tekad bulat, Papa lebih memilih menjadi wiraswasta dengan melelang dua unit traktor milik BMPT yang akan di tutup tersebut. Sejak saat itu papa menjadi pemilik dua traktor berwarna kuning yang siap mengolah tanah masyarakat yang ingin bercocok tanam di lahan kebunnya.


             Masa kanak-kanak kami di Tuntungan memiliki banyak teman, karena kami tinggal di bangunan eks milik PT Tembakau Deli. Saya sendiri tidak tahu sejak kapan bangunan tersebut di buat menjadi ruangan sekolah Dasar. Yang terdiri atas dua blok memanjang. Sedangkan satu ruangan paling ujung menjadi rumah yang kami diami. Ada dua blok lagi bangunan yang di tempati oleh pensiunan Angkatan Darat, Jadilah kami berteman dengan anak kolong.  Usaha Traktor papa berjalan dengan baik, Adik papa yang kami panggil uda Olo ikut membantu menjadi operator traktor demikian juga adik mama (Paman/Tulang Junjungan) juga bersama dengan kami di Tuntungan. Penduduk di Tuntungan umumnya suku jawa yang pada tahun 70 an berpindah dari pulau Jawa ke Sumatra untuk bekerja di perkebunan Tembakau Deli. Sehingga suku batak hanya ada kami, kemudian marga Saragih (pengusaha traktor juga), marga Sembiring, siregar dan Marga Surbakti. Kami benar-benar menyatu dengan masyarakat Tuntungan, sehingga banyak saudara-saudara yang berasal dari suku Jawa sudah kami anggap kakek nenek, uwak yang sangat dekat. Bahkan nama kami banyak yang berasal pemberian dari mereka.

            Hari berganti tahun, traktor papa yang memiliki suara keras dipandang merusak  ketenangan siswa untuk belajar, dengan sopan pihak sekolah menyampaikan kepada papa dan mama. Papa dan mama  memaklumi hal tersebut kemudian membeli tanah di Keriahen Tani seluas 2 Ha. Pada saat itu tanah itu berharga Rp 125 permeter, dengan lokasi 300 meter dari perkampungan penduduk. Dipinggir jalan besar namun hanya papa yang baru membuat rumah yang permanent di tempat itu. Banyak teman papa yang menyarankan untuk tidak tinggal di tempat itu. Ada yang bilang tempat perbeguan (siluman), yang jelas tempat tersebut memang belum ada orang lain yang menghuni selain gubuk tempat peristirahatan pemilik ladang sekitarnya untuk berteduh dari hujan dan panas. Namun sifat papa yang keras tidak tergoyahkan untuk tetap membuat tempat tinggal di tempat tersebut. Akhirnya rumah pun dibangun dengan permanen. Pada suatu saat Tower listrik yang dibangun melintas dari atas rumah, sedangkan menurut aturan tidak boleh ada rumah di bawah lintasan kabel listrik tegangan tinggi. Akhirnya rumah tersebut di beri ganti rugi oleh Pihak PLN dan di ratakan dengan tanah selanjutnya dibangun yang baru dengan bergeser kebelakang, jadilah rumah tersebut menjadi tempat yang kami diami hingga hari ini.
            Traktor kuning akhirnya menjadi tua dan sudah lebih banyak rusaknya, akhirnya papa menjualnya dan membeli Traktor yang bekas MF 135 dengan menjual sebagian tanah yang ada (Nama MF/Massey Ferguson akhirnya menjadi inspirasi untuk menjadi nama Bapak Kembar). Demikian juga pada akhirnya Traktor MF 135 akhirnya menjadi tua pula dan dijual sebagai besi tua. Papa membeli lagi Traktor MF 195 namun juga sudah bekas pakai dan kondisinya tidak utuh alias terlepas satu sama lain, dengan dana berasal dari menjual lagi sebagian tanah yang ada. Mulailah bapak merakit traktor bagian perbagian setiap harinya, memperbaiki yang rusak, belanja barang yang onderdilnya tidak ada, semua pembelian dicicil satu demi satu dengan sabar mama menyisihkan gajinya sebagai guru SD untuk memenuhi hidup kami dan membeli peralatan traktor yang dibutuhkan.
            Merakit dan membangun traktor tersebut ternyata tidak sebentar, hampir mencapai 2 tahun baru kami mencoba untuk menghidupkannya. Dan masa-masa itu adalah masa paling pahit yang kami rasakan karena disatu sisi kami harus bertahan hidup sementara itu usaha membangun traktor harus berjalan terus agar tidak sia-sia dana yang sudah di keluarkan begitu kata mama. Masih terbayang makan hanya dengan ditemani sayur oblog-oblog, yaitu kelapa yang setengah tua trus di kukur dan dimasak dicampur dengan daun ubi. Hebatnya selama itu kami semua sehat-sehat dan tidak pernah kehilangan selera makan, semua menahan diri bertahan dalam kondisi berjuang demi traktor bapak dapat beroperasi.  Hingga akhirnya traktor tersebut dapat beroperasi dengan normal dan kami pun dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan lebih baik.
            Hingga hari ini papa sudah berumur 78 tahun namun Traktor tersebut masih dioperasikan oleh papa sendiri maupun oleh uda Bapak Olo atau operator lain yang membantu papa mengoperasikan Traktor tersebut. Banyak yang menasehati papa agar cukuplah sudah mengoperasikan traktor karena sudah sama-sama tua baik traktor maupun orangnya, tapi papa memang orang yang keras, kalau saya pun sudah tiada nanti, buat traktor tersebut di atas kuburan saya katanya. Sering saya mencibir dengan mengatakan bahwa traktor tersebut akan saya jual dan menggantikannya dengan Traktor mainan, kalau sudah begitu papa cuma diam saja memandangi saya.
            Ada satu kisah sedih di hari tuanya saat mengoperasikan traktor tuanya. Seseorang memesan untuk mengolah tanahnya yang akan di tanami tanaman jagung, jadi ditunjukkanlah lahan yang akan di traktor dan lahan yang berbatasan dengan tanah orang lain. Mungkin karena sudah tua papa salah mengerti akhirnya lahan orang lain tersebut di traktor juga oleh papa. Malamnya papa cerita seperti itu kepada mama tetapi mama bukan menghibur malah mencibir, aduh kasiannya papa untung saja saya mendengar dan dengan lembut saya sampaikan ke papa agar merelakan saja tanah orang lain yang sudah dioleh.
            Sekali lagi dimasa tuanya papa dan mama menjual sebagian tanah yang ada, namun bukan untuk membeli traktor lagi tapi kata mereka bekal hari tua mereka, puji Tuhan di Usia senja mereka, cita-cita melakukan perjalanan rohani dapat dikabulkan Tuhan Yang Maha Pemurah. Tanggal 19 Oktober 2014 papa dan mama berangkat mengikuti perjalanan wisata rohani ke Jerusalem dengan ditemani Kakak Mama Yudha. Hari ini saat kutuangkan perjalanan perjuangan papa diatas kertas kaca tertanggal 26 Oktober 2014 adalah hari kedelapan mereka di perjalan. Kami semua berdoa untuk perjalanan papa, mama dan kakak agar semuanya dalam lindungan Bapa Yang Maha Baik. Pulang dengan selamat, terdetak dalam hati betapa baiknya Tuhan Semesta Alam memberi umur yang panjang kepada Papa dan Mama. Bukan Cuma umur yang panjang tetapi juga diberi kesempatan untuk melakukan Ziarah Rohani ke Yerusalem. Sungguh terbuktilah firman Tuhan di dalam alkitab Amsal 36:16 Umur panjang ada ditangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. 
Semoga kami anak-anaknya dapat mengikuti teladan yang baik dari papa yaitu kejujurannya yang polos, papa juga sering di omelin sama mama karena kalau sudah punya uang suka memberi teman-temannya makan minum di warung ternyata ketika papa berbagi dengan orang sekelilingnya ada tantangan juga dari mama. Ketika papa usia 74 tahun pernah masuk rumah sakit hingga satu minggu, ternyata penyakitnya mungkin sudah berat dan dokter menyampaikan pesannya yaitu “ Bapak boleh pilih mematikan rokok atau dimatikan rokok?” mungkin sadar akan penyakit yang disebabkan rokok dan dengan semangat hidup yang tinggi papa dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Papa punya 6 orang anak anak perempuan dan papa menjaganya dengan sungguh-sungguh ini terbukti semua anak perempuannya disunting oleh anak perantauan artinya dari tempat yang jauh, kecuali terhadap siampudan boru, papa memang sudah tidak segalak dulu lagi terhadap anak perempuannya, mungkin sudah lelah.
Papa adalah soko guru yang terkadang tertutup oleh sikapnya yang rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, tetapi tidak mau di rendahkan. Sedangkan mama juga rendah hati namun selalu ingin menonjolkan diri dan argumen-argumennya selalu menjadi yang paling benar. Jadi dua pribadi yang sedikit bertolak belakang. Dihari tuanya memang papa dan mama masih sering terlibat adu pendapat dengan keras tetapi itu mungkin sudah menjadi watak yang tidak bisa lagi di ubah, tinggal bagaimana anak-anaknya dapat membantu menyejukkan suasana. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna di Dunia ini?. Sesungguhnya Kesempurnaan itu hanya milik Allah, dan kita menjadi sempurna ketika kita menerima ketidak sempurnaan saudara-saudara kita, adik, kakak, istri, suami, handai tolan dan semua sahabat kita, percayalah. Kiranya Tuhan selalu memberkati Papa, mama dan kami anak-anaknya juga Amin.

1 comment:

Saran dan masukan pengunjung sangat berarti bagi kami.