Friday, August 22, 2014

Selamat Hari Jadi Ke 74 Ibunda

Rasanya senang bercampur bahagia, dapat merayakan ulang tahun mama yang ke 74. Masih dapat melihat mama di usia senja, Bapak sering menyebut kalau mama sudah banyak mendapat Bonus kehidupan dan kami meng amini apa kata Bapak. Memang mama sudah beberapa kali mengalami sakit-sakitan diawali tahu 1992 disuatu pagi mama merasa sakit dan jari telunjuknya selalu menunjuk. Hasil analisa dokter mama terkena darah tinggi, stroke dll. Sepertinya penyakitnya borongan gabungan strees dan penyakit pisik. Puji Tuhan mama dapat sembuh dari penyakitnya.


Bahagianya melihat papa dan mama
Pernah mama menderita penyakit gula yang tinggi sehingga harus menyuntik sendiri insulin ke pahanya. Banyak orang-orang pesimis terhadap penderita penyakit gula yang kronis bila sudah memakai jarum untuk menyuntikkan insulin tidak akan dapat mengembalikan kesehatan tanpa suntikan. 

Mama adalah bukti dari kenyataan dapat melepaskan diri dari ketergantungan terhadap penggunaan insulin melalui jarum suntik untuk penyembuhan. Mama yang tadinya memiliki wajah keruh gelap berangsur-angsur kembali ceria. 

         Masih teringat ketika mama pertama kali terdiagnosa penyakit Gula atau Diabetes, menangis karena makan dengan menggunakan lauk yang tidak bergaram. Namun dengan dorongan semangat hidup yang tinggi, mama mematuhi perintah dokter untuk tetap mengkonsumsi obat gula dan boleh makan bergaram namun dengan kadar rendah.

Mama mengikuti seminar-seminar penyakit gula atas undangan dokter. Karena menurut mereka, mama adalah contoh pasien yang rajin, perduli terhadap kesehatan dan mau belajar. Kata mama banyak temannya yang memberi resep tradisional untuk penyembuhan Diabetesnya. Namun dengan ramah di tolaknya dan lebih mempercayai obat dari dokter yang katanya sudah tepat ukuran melalui berbagai percobaan. Terbukti mama sehat dengan keyakinannya akan pola konsumsi obat yang diyakininya tersebut. 

Banyak teman-teman mama sesama guru di sekolah Dasar Tuntungan Pancur Batu Deli Serdang  dahulu telah berpulang, menurut mama, banyak yang berpenyakit gula seperti mama meyakini bahwa dengan mengkonsumsi obat alternatif maupun dari daun daunan atau herbal dapat sembuh total. Ternyata keyakinan tersebut membawa pola makan yang salah karena merasa tidak mengidap penyakit Diabetes lagi. Hingga suatu saat kita Diabetes menyerang lagi kondis mereka sudah tidak kuat dan membawa pada akhir kehidupan.

Kue Ultahnya siap dibagi
  Pada tahun 2013 mama kembali masuk rumah sakit hingga tidak bisa berbicara, makan menggunakan selang dari mulut (sonde). Rasanya sedih mendengar mama seperti itu anak-anaknya yang memiliki waktu berusaha untuk pulang dan melihat mama yang tercinta. Hadirlah anak beserta cucu di RS Herna tempat mama opname. rupanya begitu melihat anak-anak dan cucunya, mama seperti mendapat suntikan energi hidup yang besar, wajahnya berubah cerah dan tersenyum. 

Padahal perkiraan pada waktu itu keluarga sudah pasrah dan sudah meminta kepada bapak pendeta untuk "Marulaon na Badia(upacara perjamuan kudus yang dilaksanakan pada waktu yang sempit karena dianggap hidupnya tidak lama lagi). Puji Tuhan ditengah para cucunya yang merindukannya mama semangat dan diberi kesembuhan. Walaupun pada saat itu anak-anaknya harus meninggalkan mama lagi belum dalam keadaan sembuh benar. 

 Untungnya ada boru mama yang datangnya belakangan yah otomatis waktu kami meninggalkan mama pulang keparserahan, kembali karena tuntutan tugas, ada yang masih menunggu mama. Karena ketika kami meninggalkan mama di rumah saakit, mama masih mengalami menggigil sewaktu-waktu. Kami pulang keparserahan karena tuntutan tugas, waktu cuti yang sudah habis dan untuk melanjutkan kehidupan tentunya. 

Boru mama memang seorang yang piawai dalam membuat perencanaan yang strategis. Ketika kami beramai-ramai pulang, Boru mama tersebut bilang pulang belakangan saja karena banyak tugas yang harus dikerjakan katanya. Tidak tahu apakah benar sibuk atau memang sudah direncanakan, tapi yang jelas "Tuhan buka jalan", Tuhan beri berkat, kami pulang dengan hati yang tentram. Baju Jas yang sudah saya bawa untuk persiapan seandainya mama "matua" kami bawa lagi kembali. 

 Hebatnya papa dihari tua dapat berhenti merokok  "peace"

      Teringat pada waktu penugasan pertama saya ke Aceh Juli 1998. Saya menyadari akan pergi penugasan ke Aceh sedangkan mama dalam kondisi masih sakit-sakitan (menurut saya). Belum mengetahui Aceh itu bagaimana ?. Yang saya baca dikoran waktu itu ada pergolakan dan lagi panasnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Rasanya seakan pergi ke tempat yang jauh dan sulit untuk kembali seandainya ada apa-apa terhadap mama. 

Penugasan pertama rasanya nyali belum siap tapi sudah "teken kontrak" siap ditempatkan dimana saja di seluruh dunia eh Indonesia. Artinya sudah tidak bisa mundur lagi...Mama sepertinya mengetahui kerisauan hatiku. Risaunya hati prajurit yang baru turun ke gelanggang pertempuran yang sebenarnya. Mama mengutus salah seorang "hela hasiannya" untuk mengantarku ke Aceh. Jadilah seorang tentara merasa nyaman dan aman diantar seorang sipil. 

Namun sebelum berangkat kusalam tangan mama yang kelihatan sudah mulai keriput dan tua itu, tangan yang telah bertahun-tahun dekat hingga kerelung hati yang terdalam. tangan yang telah mengantarkanku untuk bisa berjalan, sekolah, hingga menjadi seorang "tentara". Dengan wajah yang kubuat-buat tersenyum (padahal dalam hati ingin rasanya menangis) kusampaikan kata-kata kepada mama " mama saya akan berangkat ke Aceh, mama iklas dan pasrah ya kalau ada apa apa terhadap saya, saya sudah siap ma, begitu juga mama kalau terjadi sesuatu saya tidak bisa hadir melihat mama, mama iklas ya ma " dan mama menjawab " iya nak mama gak apa-apa kog, berangkatlah nak" jawabnya. 

Ternyata mama lebih kuat dari perkiraanku(gak tau juga apakah mama memendam perasaan sedihnya seperti saya, atau mama memang berhasil menyembunyikan kesedihannya dariku). Berangkatlah sang tentara ke Medan laga diantar oleh sang lae "Simbolon" (Peristiwa sampainya sang tentara di Aceh pertama kalinya di Markas Komando yang penuh dengan senior yang galak ).

My First Duty "Banda Aceh Area"
          Pada suatu saat Tahun 2000 mama mengunjungi kami ke Aceh bersama mertua, rasanya senang, bahagia dikunjungi mama sekaligus mertua. Sebagai seorang prajurit yang masih baru kami tidak punya cukup materi untuk bisa membahagiakan mama dengan jalan-jalan berhubung situasi lingkungan juga tidak kondusif jadi cukup di rumah saja bersama keluarga. 

Tibalah saatnya akan kembali kemedan, perjalanan menggunakan Bus Medan Aceh yang ditempuh dalam waktu semalam yaitu berangkat jam 21.00 dan akan tiba di Medan jam 05.00. Ketika akan pulang mama kami bekali seadanya, mengingat saat itu ada banyak bekal makanan kaleng jatah personil rasanya gak ada salahnya dibawain pikir saya. 

Mama pun membawa bekal makanan tentara tersebut, menurut saya nilainya bagi yang belum pernah makan bekal tersebut pasti ingin tau rasanya bagaimana makanan tentara kalau lagi di daerah operasi. Malam itu mama dan Mertua kami antar menuju pemberhentian Bus untuk kembali ke Medan. Bersama doa agar sehat sampai tujuan kemedan. 

Esoknya kami menerima kabar kalau mama dan mertua telah sampai dengan selamat di medan Puji Tuhan. Namun ada satu cerita yang membuat saya menyesal telah memberi bekal tersebut kepada kedua orang tua yang saya kasihi tersebut. Pada malam perjalanan tersebut menurut penuturan mama bus dihentikan oleh sekelompok orang bersenjata, mama tidak bisa mengenali apakah mereka dari kelompok GAM atau TNI namun kata-katanya menyampaikan pesan bahwa TNI tidak boleh melanjutkan perjalanan melalui bis tersebut karena perjalanan berikutnya akan ada pemeriksaan. 

Menyadari hal tersebut, karena mama meletakkan bekal tersebut di bawah jok kursi, mama berusaha menutupi samping jok kursi dengan pakaian hangatnya agar bekal tidak kelihatan, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan tanpa ada korban dari dalam bus. Saya menyadari keteledoran yang hampir membawa mama pada situasi berbahaya, puji Tuhan mama dan mertua saya tetap ada dalam lindungan Kasih Tuhan.
"The Iron Women" Leader of My Family
      
Tahun 2014 saya mendapat penugasan ke Kosekhanudnas III Medan tentu saja tinggal di rumah bersama mama dan papa walau perjalan kekantor mencapai 30 menit perjalanan dengan sepeda motor. Rasanya nyaman tidur di tengah-tengah papa dan mama, serasa masih kanak-kanak dulu. 

Saya tahu kalau mama dan papa juga ingin dekat dengan mereka. Walau dalam hati juga sedih jauh dari belahan hati anak-anakku yang seharusnya dalam didikanku dan mendapat belaian kasih sayang dari papanya. Tuhan apakah semua "Tentara" seperti saya harus jauh dari anak dan istri ? 

Semuanya saya serahkan dalam tangan yang Maha Kudus yang lebih tau dan perduli akan nasib saya seperti apa nantinya. Hal pertama yang saya dapatkan sesampai dirumah adalah kasih sayang dari semua keluarga. Tidak lupa seribu satu permasalahan di rumah antara mama, papa, adikku bapak kembar dan menantu. 

Saya menyadari antara satu cerita dengan yang lain ada benang merah yang terputus, sehingga ribet seperti rambut kusut. Tugas saya adalah cari kondisioner agar rambut yang kusut diluruskan  segar, ujung-ujungnya disatukan kembali cari benang merah dan fermentasi semuanya dalam doa. Semua Ilmu-ilmu komunikasi dipadu, ilmu psikologi dicurahkan termasuk ilmu pengendalian amarah semoga berbuah manfaat, berkat dan syafaat. Haleluyah... semoga sesuatu yang besar tidak membuat kita sombong, sesuatu yang kecil tidak membuat kita rendah diri, karena semuanya adalah milik yang Maha Memiliki. Bersyukur dimasa tuanya Mama dan Papa masih di beri kesehatan melihat anak, cucu, cicit dan tentunya dalam suasana Damai Sejahtera. 
Ma Oci, Ma Ferdi, Ma Yuda and Ma Rio "Peace"

Ada beberapa hal yang menjadi pelajaran dari mama sejak saya masih kecil yaitu :
Mama adalah seorang yang kuat. Bila dilihat sepintas mama adalah seorang wanita yang lemah seperti kebanyakan. Namun saya selalu melihat keuletan mama dalam bertani setiap pulang dari mengajar membersihkan rumput dengan Pencong (ada yang menyebut patok, sejenis alat untuk membersihkan rumput dari permukaan tanah dengan satu tangan). Hebatnya dengan keuletan setiap hari diwaktu senggangnya lahan yang luas bisa bersih semuanya. 

Saya mengambil kesimpulan orang yang kelihatan kuat belum tentu ulet dan dapat konsekuen dengan pekerjaannya. Kedua mama adalah pendoa yang tangguh. Jam 04.00 adalah waktu mama berdoa. Tidak ada kekuatan dunia yang mampu menggoyahkan tekadnya. Saya selalu berpikir mampukah saya meniru kekuatan yang dimiliki mama? tanpa saya sadari mama mejadi guru bagi prinsip kehidupan saya.  Terbukti penyakit yang datang berkali-kali tidak menyurutkannya untuk menjadi "pendoa Agung" bagi saya.

Jabu na Martua "Peace"

Mama, walaupun di hari Jadi Kelahiran mama yang ke 74 tidak dapat dihadiri oleh semua anak dan cucu mama, percayalah semua mendoakan mama, mendukung mama dalam doa. Selamat Ya ma Panjang umur, tetap sehat dan tetap ceria dengan papa di Rumah bersama anak, menantu dan cucu. Horas, Mejuah-juah Jahowu.

We Are Gultom Brother's Family

  

No comments:

Post a Comment

Saran dan masukan pengunjung sangat berarti bagi kami.